CCI Program: Episode 2 -- Januari 2018


"I've got fire for a heart, Im not scared of the dark. You've never seen it look so easy. "
-- Quote dari lagu Drag Me Down.


Episode 2 -- Januari 2018




Setelah menyerahkan aplikasi pendaftaran dan memasuki proses menunggu pengumuman saya mulai mencari-cari teman pelamar beasiswa CCI di media sosial. Akhirnya ditemukan grup di Facebook untuk pelamar CCI Program 2018-2019 dan dari sana  berkenalan dengan beberapa peserta lain. Saat itu tidak berharap terlalu tinggi untuk lolos tahap seleksi dokumen, dikarenakan pada saat mengantarkan dokumen ke kantor AMINEF saya berbarengan dengan mas-mas kurir JNE yang menyerahkan BANYAK amplop coklat yang penampakannya mirip-mirip dengan amplop yang dibawa. Sampai pada minggu-minggu terakhir bulan Desember pada hari jumat yang cerah, sebuah  telepon masuk dari nomor tidak dikenal, saat diangkat, ternyata penelepon adalah salah satu staff AMINEF, yaitu mbak Kiki. Beliau meminta dokumen tambahan berupa SKU (Surat Keterangan Usaha) dan profil perusahaan karena saya self-employed. Setelah menyanggupi untuk mengirimkan dokumen tambahan pada hari senin, saya mulai bersemangat kembali dan berharap bahwa dokumen yang dikirimkan lulus seleksi. 

Esok harinya pada hari sabtu pagi saya mulai bertanya kepada keluarga mengenai jam operasional kantor kelurahan, sedikit ragu karena dikhawatirkan hari sabtu libur, akhirnya diantar ibu untuk berkunjung ke rumah bapak RW untuk bertanya tentang pembuatan SKU, jaga-jaga jika kantor kelurahan tutup. Belum sampai kerumah Pak RW, dijalan kami bertemu customer langganan jahit ibu dan setelah mengobrol sedikit didapat info kalau kantor kelurahan buka pada hari sabtu namun setengah hari. Setelah sampai dikelurahan, tidak sampai setengah jam akhirnya SKU didapat. Saat itu AMINEF hanya meminta untuk dikirim soft file dan pada hari senin file tambahan siap dikirimkan.

Mendekati akhir bulan, saya mulai rajin me-refresh halaman email sampai akhirnya pada tanggal 26 Desember, masuk sebuah e-mail dari Fulbright Indonesia. Berdebar dan sedikit gemetar, dibukalah e-mail tersebut yang alhamdulillah berisi kabar baik tentang pernyataan masuk tahap interview dan akan mengikuti test ITP TOEFL pada bulan Januari. Esok harinya datang e-mail susulan yang menerangkan bahwa ada sedikit perubahan jadwal untuk test ITP TOEFL menjadi tanggal 17 dan interview tanggal 18 Januari. Karena berdomisili di Jawa Barat sayapun diharuskan untuk mengatur perjalanan sendiri. Saya memutuskan untuk menggunakan kereta api Argo Parahyangan jurusan stasiun Bandung - Gambir. Alasan menggunakan kereta api dikarenakan waktu tempuh dan kedatangan perjalanan lebih efisien, dan agak ketagihan setelah merasakan nikmatnya naik kereta ketika menyerahkan dokumen sebelumnya.

Disela-sela waktu sebelum keberangkatan, dimulailah latihan intensif untuk berbicara bahasa Inggris dibantu oleh seorang teman. Jika sebelumnya bisa sedikit tenang menjelang test TOEFL di UPI karena tidak menyertakan ujian Speaking, kali ini saya mulai panik karena kemampuan Speaking benar-benar jeblok. Hal pertama yang dilakukan adalah pengumpulan daftar pertanyaan dari blog alumni CCI Program tahun-tahun sebelumnya dan menyerahkannya pada teman yang berperan sebagai pewawancara. Awal latihan sering macet ditengah dan switch dari Inggris ke Indonesia, belum lagi pronouncation tidak jelas. Setelah latihan untuk beberapa lama, kebiasaan switch bahasa mulai berkurang dan alur pertanyaan mulai familiar sehingga bisa lebih tenang saat menjawab ( walaupun pada akhirnya hanya 10% pertanyaan yang disiapkan muncul saat Interview yang sebenarnya ( ^   ^;;), tapi poin terpentingnya adalah menguasai essay, jadi masih terselamatkan).

Hari keberangkatan tiba, saat tiba di Whiz Hotel Cikini sore hari dan bergegas ke bagian resepsionis untuk check-in, mbak resepsionis mengabari kalau roommate saya sudah sampai dan  mempersilakan untuk langsung saja ke kamar. Malam itu saya bertemu dengan peserta lain yang berasal dari Surabaya. Pagi hari saat sarapan kami bertemu dengan empat peserta lainnya dan membuat janji untuk berangkat bersama ke tempat test TOEFL di STC. Kami sempat menunggu beberapa lama sampai tempat test dibuka karena saat sampai kebetulan sedang jam makan siang dan kantor tutup. Tak beberapa lama kemudian wajah-wajah baru peserta CCI bermunculan mendekati waktu test, tanpa saya ketahui saat itu, salah satu wajah baru ini akan menjadi teman satu kampus dimasa mendatang. Waktu test tiba, semua peserta masuk ruangan dan duduk ditempat yang sudah ditentukan. Test dibagi menjadi beberapa sesi dengan waktu pengerjaan yang cukup singkat. Saya sedikit kuatir saat melihat perangkat test yang ternyata masih manual (ketika mengikuti test di UPI test sudah menggunakan komputer tanpa harus membulati lembar jawaban dan mendengarkan sesi Listening langsung melalui headset) posisi duduk saya saat itu pojok paling belakang, dikhawatirkan tape tidak terdengar jelas kebelakang, tapi alhamdulillah ketakutan ini tidak terbukti, sesi listening terdengar jernih dan dapat dilewati dan dimengerti dengan baik (Hail the Power of Audiobook!) . Setelah curhat-curhat sedikit dengan peserta lainnya setelah test berakhir, kami sama-sama sedikit kewalahan pada sesi terakhir test karena waktu yang sudah mepet sedangkan soal yang belum terisi masih lumayan banyak. Tapi test sudah dilalui dan sudah dikerahkan daya dan upaya saat mengerjakan test, tinggal berharap hasil yang terbaik untuk kami semua.

Pulang test TOEFL, saya mampir dulu ke kantor teman untuk main dan curhat sebelum menghadapi Interview esok harinya. Beliau penerima beasiswa AusAID dan saya banyak meminta bantuan dan saran selama proses CCI ini berlangsung. Kami mengobrol beberapa lama, dengan jujur saya katakan bahwa kurang yakin bisa melewati Interview dengan baik, pronouncation masih sulit dimengerti dan takut apa yang disampaikan tidak bisa dimengerti panelis. Teman saya memberi beberapa saran yang membangun dan memberikan keberanian, beberapa sarannya adalah, satu, dengarkan dengan baik, pastikan mengerti apa yang panelis tanyakan. Dua, take your time when answering, jangan terburu-buru menjawab, pastikan apa yang ingin disampaikan tersampaikan dengan baik. Tiga stall the time smartly, saat memikirkan jawaban yang tepat pastikan sambil sampaikan kalimat yang sopan sambil kita berpikir mengenai jawaban jadi tidak ada jeda yang kagok saat interview. Terakhir, kalau keadaan benar-benar mepet dan kehilangan apa yang mau disampaikan karena tidak menemukan 'apa bahasa inggrisnya ya?' just switch to Bahasa, minta ijin kepada panelis untuk menjawab dalam bahasa, itu lebih baik daripada freeze dan membuang waktu (yang alhamdulillah tidak sampai saya alami, phew). Petuah didapat (beserta belated brithday present yang unyu-unyu dan berfaedah) saya kembali meluncur ke hotel dengan hati yang lebih legowo.

Hari interview tiba, deg-degan? Jelasss, Mulas? Nonstop. Saya mendapat giliran keempat hari itu, setiap peserta yang masuk dan keluar memberikan efek yang berbeda-beda galauuu, diawal masih kalem, peserta pertama keluar ruang interview dan cerita-cerita, sampai pada peserta ketiga masuk (teman sekamar) mulai muncul perasaan gelisah sampai keringetan dan perut mulas ambigu, untuk menenangkan diri akhirnya membuka 9Gag di hp, berhasil rileks setelah ketawa-ketawa sedikit, dan terbersit satu bait lirik Drag Me Down dari grup Satu Arah, entah kenapa. Mulai rileks kembali, I have nothing to lose, kalau rejeki ada disini alhamdulillah, kalau tidak, sudah dapat pengalaman bisa sampai tahap interview. Nama saya akhirnya dipanggil oleh mas Dion, setelah konfirmasi nama dan menyerahkan beberapa dokumen, I push the glass door and entered the interview room.
Ending sok-sokan Cliffhanger.

Sekian untuk episode kali ini, proses interview yang lebih mendetail akan ada post khususnya sendiri diwaktu mendatang.

Salam,
Desi



Komentar

  1. Sobat Houston, ditunggu episode ke-3nya!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap sobat! Terima kasih sudah mampir :DDD

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau nggak bersambung kepanjangan post-nya 😀
      Nin kok blog kamu nggak bisa kubuka, harus ada invitation katanya 😯

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CCI Program: Episode 1 -- November 2017